KREMASI NGABEN BAPAK “FOUNDING
FATHER” DESA KERTA BUWANA
NGABEN
(menurut situs balitour.net) adalah upacara pembakaran jenazah di Bali yang
sangat terkenal bahkan hingga ke mancanegara karena keunikannya. Ngaben
biasanya lazim disebut KREMASI sebagai istilah umumnya. Sesungguhnya kremasi
tak hanya dilakukan oleh umat Hindu, tapi oleh beberapa umat agama lain. Namun,
hanya di Bali-lah ditemukan prosesi pembakaran jenazah yang begitu unik,
semarak, megah, dan penuh kesenian.
Dalam situs pujabalitour.com
dikatakan, jasad manusia terdiri dari badan halus (roh atau atma) dan badan
kasar (fisik). Badan kasar dibentuk oleh lima unsur yang dikenal dengan Panca
Maha Bhuta. Kelima unsur ini terdiri dari pertiwi (tanah), teja (api), apah
(air), bayu (angin), dan akasa (ruang hampa). Lima unsur ini menyatu membentuk
fisik dan kemudian digerakkan oleh roh. Jika seseorang meninggal, yang mati
sebenarnya hanya jasad kasarnya saja sedangkan rohnya tidak. Oleh karena itu,
untuk menyucikan roh tersebut, perlu dilakukan upacara Ngaben untuk memisahkan
roh dengan jasad kasarnya.
Tak
hanya di Bali, Upacara Ngaben juga dapat ditemukan di luar Bali, seperti halnya
saat ini (Sabtu 10/10/2015) Upacara Kremasi Ngaben yang dipuput (dipimpin) oleh
IDA PERANDA (dari Kintap) ini diadakan di Desa Kerta Buwana, Kecamatan Sungai
Loban, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Adalah
Jro Mangku Ketut Suweden, seorang tokoh masyarakat dan tokoh Agama yang akan
diabenkan (dikremasi –red). Almarhum juga seorang Pinandita, rohaniawan,
Pemangku Pura Desa di Desa Kerta Buwana.
Rangkaian
Prosesi Ngaben yang dimulai sejak pukul 8 pagi di rumah duka RT 01 Dusun Indra
Berata dipadati ratusan warga masyarakat desa setempat maupun luar desa yang sudah
bersiap-siap ikut mengantarkan jenazah Almarhum untuk dikremasi ke perabuan
setra (tempat pemakaman) berada di RT 11 Dusun Pulosari Desa Kerta Buwana.
Tampak
hadir Bapak H Sudian Noor, calon wakil bupati Tanah Bumbu bersama Anggota Dewan
Bapak I Wayan Sudarma dan Bapak Endan beserta rombongan dan tokoh masyarakat Bapak
H Suwignyo bersama-sama ditengah-tengah warga desa menuju tempat kremasi yang
berjarak sekitar 1,5 km dari rumah duka.
Menurut
beberapa warga, almarhum Bapak Ketut Suweden disebut-sebut sebagai “FOUNDING
FATHER” nya Desa Kerta Buwana.
Sebutan
sebagai “pendiri desa” rasanya tak berlebihan mengingat jasa-jasa dan
perjuangan beliau dimasa-masa awal transmigrasi tahun 1981.
Berdasarkan Situs Desa Kerta Buwana http://kertabuwana-desa.blogspot.co.id/ yang memuat sejarah desa menyebutkan
:
Pada awalnya Desa Kerta Buwana
merupakan daerah hamparan hutan yang oleh penduduk lokal / setempat
digarap secara nomaden / ladang berpindah. Agar daerah ini berkembang maka
pemerintah pada saat itu mengirim warga transmigran untuk menempati wilayah
pemukiman. Warga Transmigran yang dikirim ke wilayah ini melalui beberapa trip.
Tanggal 21 Pebruari 1981 merupakan Trip pertama masuk kewilayah ini. Trip
terakhir Tanggal 7 September 1981, seluruh trip berasal dari Provinsi Bali
berjumlah 362 KK.
Seiring berjalannya waktu, Tanggal 1
Oktober 1983 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) C III diusulkan menjadi desa
persiapan. Pada tanggal 13 Maret 1985 sah menjadi desa persiapan dengan
nama Desa Persiapan Kerta Buwana berdasarkan SK Bupati Dati II Kotabaru No:
1-0-12-2-PKD/1985. Nama Kerta Buwana berasal dari Bahasa Sansekerta yang
berarti Jagat (alam) yang Tentram. Setelah diserahkan kepada Pemerintah Daerah
Tk II Kotabaru maka diangkat seorang Pejabat Sementara (Pjs) Kepala Desa Bapak
I Ketut Suweden (1988 – 1991). Perjuangan tidak cukup sampai disana untuk
menjadikan Desa Persiapan Kerta Buwana menjadi desa definitif. Pada tanggal 27
Desember 1988 Desa Persiapan Kerta Buwana resmi menjadi desa yang definif
berdasarkan SK Gubernur KDH. Tk I Kalimantan Selatan No : 0454 Tahun 1988
dengan kode desa 63.02.07.20.48.
I Wayan Sukadana, S.Hut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar