Bupati MARDANI H.MAMING
: “Saat tahun baru yang kita kenal
dimulai dengan huru hara dan bersenang-senang, tetapi Hindu justru mengajarkan
untuk menyambut tahun baru melalui kontemplasi Nyepi”
Sungai
Loban – Sambutan Bupati tersebut disampaikan saat menghadiri
Undangan Dharma Shanti (Halal Bihalal –red), sebagai rangkaian terakhir dari
perayaan Tahun Baru Saka setelah Hari Nyepi, Jumat (27/3/2015). Hari itu umat
Hindu di Tanah Bumbu melakukan Dharma Shanti, mengucap syukur dan saling maaf
memaafkan (ksama) satu sama lain, untuk memulai lembaran tahun baru yang
bersih.
Acara
dharma shanti yang bertempat di Halaman Kantor Desa Dwi Marga Utama Kecamatan
Sungai Loban, dihadiri oleh Pemimpin Umat, Sulinggih Ida Pedanda dari Sebamban
5 Kecamatan Kintap sebagai Pe-dharma Wacana (penceramah), Asisten Bupati,
Anggota Dewan I Wayan Sudarma, S.Sos dan Drs Ketut Mawe bersama undangan dari
unsur Kecamatan, Polsek dan Koramil ditengah-tengah Tokoh Agama dan umat se
Kabupaten Tanah Bumbu.
Inti
Dharma Santi adalah filsafat Tattwamasi yang memandang bahwa semua manusia di
seluruh penjuru bumi sebagai ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa hendaknya saling
menyayangi satu dengan yang lain, memaafkan segala kesalahan dan kekeliruan.
Hidup di dalam kerukunan dan damai.
Dalam
Kesempatan ini Asisten Bupati mengucapkan permintaan maaf dan menyampaikan
salam hangat kepada bapak ibu Umat Hindu yang hadir dalam acara. Mudah-mudahan
ketidakhadiran beliau tidak mengurangi makna pertemuan pada hari ini.
Berikut
petikan pidato Bapak Bupati Tanah Bumbu, Mardanai H.Maming yang dibacakan oleh
Asisten Bupati
“Dharma Shanti merupakan rangkaian terakhir
dari perayaan Nyepi, dimana kegiatan merupakan suatu ajaran untuk mewujudkan
kerukunan antar umat beragama dengan cara saling maaf memaafkan dengan ucapan
yang suci dan tulus, oleh karena itu sudah semestinya lah sesudah melaksanakan
Nyepi, umat Hindu harus dengan jernih hati menghapus semua kehilafan, dengan
demikian kerukunan akan semakin terjalin, kerukunan internal umat hindu,
kerukunan antar umat hindu dengan umat beragama lainnya, serta kerukunan antar
umat hindu dengan pemerintah.
Hadirin yang berbahagia,
disaat tahun baru yang kita kenal dimulai dengan huru hara dan
bersenang-senang, tetapi hindu justru mengajarkan untuk menyambut tahun baru
melalui kontemplasi dan pengenalan lebih jauh ke dalam diri karena dari
pengenalan diri itulah bermula suatu upaya untuk mengenang Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam Agama Islam terdapat juga sabda Nabi, barang siapa mengenal dirinya maka
ia akan mengenal Tuhannya. Dengan mengenal dan meyakini keesaan dan kekuasaan
Tuhan, maka kita akan senantiasa untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya, perintah-perintah Tuhan yang harus kita laksanakan tentunya tidak
hanya bersifat ritual, melainkan termasuk juga yang bersifat sosial. Dalam
melaksanakan ibadah yang bersifat ritual masing-masing agama menjalankan
ibadahnya dengan cara sesuai keyakinannya dan kita harus saling menghormati
keyakinan agama lain. Sedangkan dalam ibadah yang bersifat sosial, maka kita
dapat berbaur dengan umat agama lain dengan bersama-sama membangun masyarakat, daerah
dan negara yang kita cintai.
Hadirin yang berbahagia,
sebagaimana kita ketahui, para umat sedharma dapat berkumpul dan saling
mengucapkan maaf membangun hubungan silakrama yang lebih baik dimasa datang dan
mengingatkan pentingnya hubungan dengan sesama umat manusia sebagai pelaksanaan
konsep Tri Hita Karana, melalui Dharma Shanti tercipta hubungan harmonis antara
sesama manusia, antara manusia dengan alam semesta, sehingga dapat tercipta
dunia yang damai dan sejahtera. Saya yakin umat Hindu dan semua umat beragama
yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu telah melaksanakan konsep Tri Kerukunan Umat
Beragama, ini membuktikan dengan kondusifnya situasi keamanan di Bumi Bersujud
ini disaat berbagai daerah di negeri ini dilanda dengan krisis persatuan dan
kesatuan, dimana antar suku, agama, kelompok saling bermusuhan, kita di
Kabupaten Tanah Bumbu justru mampu menunjukkan keharmonisan, ukuah persatuan
dan kesatuan, ini tentunya hal yang sangat membanggakan kita. Ukuah persatuan
tidaklah mesti seragam melainkan beragam, keindahan hidup akan terlihat
manakala di tengah perbedaan kita bisa mengelola persatuan seperti pelangi
terlihat indah karena terdiri dari beraneka ragam warna.
Demikian beberapa hal
yang perlu kami sampaikan pada kesempatan ini, semoga Tuhan YME memberikan
petunjuk dan bimbingannya kepada kita dalam melaksanakan tugas dan pengabdian
kepada agama, nusa dan bangsa”.
Dipenghujung
acara, seluruh peserta Dharma Shanti bersalam-salaman satu sama lain mengakhiri
rangkaian kegiatan Hari Nyepi Tahun 2015
(Penulis : I Wayan Sukadana, S.Hut
Admin situs
domain Kecamatan Sungai Loban)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar